DIPUKUL, BIAR TIDAK SAKIT
True story
Sungguh luar biasa, Allah berbicara dengan kita melalui kejadian kejadian kecil yang tidak kita duga. Saya ingin menceritakannya buat saudara saudara :
Seperti biasa,sore hari adalah waktu yang sangat menyenangkan bagi saya. Karena waktu waktu itulah, saya merasakan sebuah sambutan dari keluarga yang saya miliki dan yang memiliki saya. Begitu motor saya memasuki jalan di depan rumah saya, anak anak saya sudah berteriak teriak dan kadang melompat lompat. “ Ayah pulang, ayah pulang, ayah pulang…”. Pemandangan dan suasana tersebut sangat terekam dalam benak saya, dan saya bersyukur untuk berkah ini. Sangat sederhana dan sangat menyenangkan..
Aktivitas berikutnya biasanya diikuti dengan kumpul di ruang tamu, yang saking kecilnya ruang kami, kami sebut juga ruang keluarga, ruang parkir motor dan juga ruang santai…sangat multi fungsi bukan.
Nah kejadiannya kemarin sore, pas sedang kumpul berkumpul di ruang itu, saya duduk dilantai sambil baca Kompas sementara 2 anak saya bercanda dengan riangnya. Orang lain akan menyebut suasana saat itu berisik, tapi saya mendengarnya sangat merdu teriakan teriakannya. Tiba tiba anak saya yang besar, 3 tahun lebih sedikit,., naik dikursi tempat saya bersandar, lantas pukul pukul pelan kepala saya… Merasa terganggu, saya bilang, “ Mas Raul stop ya, tolong stop pukul pukul kepala ayah..” ,Kami memang biasakan pangil anak saya yang besar dengan sapaan Mas Raul, agar adiknya kelak bisa ikut menirukan memanggil kakaknya dengan Mas.
Tapi anak saya terus pukul pukul, bahkan tidak sekedar kepala, tapi juga batang leher.. . Saya ulangi lagi, “ Maass, stop dong,… Bahkan istri saya ikut nimpalin, “ Mas Raul, jangan ganggu Ayah ya…”. Ternyata anak saya tetap pukul pukul kepala saya , tetap sambil ketawa tawa.. Merasa omongan kami tidak dimengerti, saya mulai menaikkan intonasi, “ Mas RAULLL, ayah ingin mas raul menghentikan pukul pukul ayah…!”. “ Kalau ndak nurut saya sentil:.” Imbuh saya. Eh tetap pukul pukul terus anak saya, akhirnya ultimatum saya laksanakan, saya sentil pelan, sungguh pelan… Dan anak saya lantas berhenti terus pandangin saya, saya juga pandangain dia, menunggu apa reaksinya.. Tetes air mata sudah mulai mengumpul di sudut matanya… Lalu seperti biasa, mulut dan bibirnya sudah mengarah mau menangis..
Saya coba tanya, ( anak saya 3 tahun, mungkin tidak tahu logika, tapi saya coba terus bertanya tentang logika ).” Mengapa mas Raul pukul pukul ayah”. “ Biar ndak sakit.” Jawabnya seraya menahan tangis.. Saya diam, mana mungkin dipukul biar ndak sakit. Saya ulang pertanyaan saya, “ Mengapa Mas raul pukul pukul ayah?”. “ Biar ndak sakit”. Masih dia jawab dengan kata yang sama…” Mas Raul, kalau dipukul itu justu menyebabkan sakit, bukan dipukul biar ndak sakit”. “ Biar ndak sakkkitt”, anak saya malah semakin keras jawabannya.” Biar ndak sakit kayak Ibu” , imbuhnya.
Saya lantas menengok ke Ibu. “ Iya , kemarin Ibu memang minta tolong mas raul, untuk pukul pukul ringan kepala ibu, leher ibu, karena ibu sedang pusing sekali. Jadi Ibu bilangnya , mas raul tolong pukul pukul kepala ibu ya. Biar ndak sakit..”
“ Oh begitu ya mas,, maaf ya mas, Ayah minta maaf boleh?”
“ Ya”, jawabnya
Saya melongo,,, menyesal, dan terharu….
Mana mungkin saya tahu motivasi dan tujuan anak saya memukul mukul kepala saya, kecuali anggapan saya sendiri, bahwa anak saya nakal dan tidak sopan.
Saya menyesal karena terlalu cepat menyentil dia, semoga Bapak Ibu tidak seperti saya. Padahal saya berusaha tidak memarahi dia.
Saya terharu, karena anak saya menginginkan saya TIDAK SAKIT . Walaupun akhirnya dia ingin mencapai itu dengan cara MEMUKUL saya. Artinya, anak saya sayang sama saya. Tidak ingin ayahnya sakit, hanya orang yang sayang sama kita sajalah yang menginginkan kita tidak sakit.
Arti yang lain lagi, saya diperhatikan anak saya, yang masih 3 tahun. Perhatian adalah tanda cinta. Jadi kalau kita tidak memperhatikan orang lain, kita tidak akan mencintai orang tersebut.
Seperti Anthony de Mello SJ, bilang, musuh dari cinta bukan benci, tapi ketidakpedulian. Bila anda sudah tidak peduli, artinya anda sudah tidak mencintai lagi.
Hikmah ini, mengingatkan saya akan strategi pemeliharan dan cara Allah mencintai dan mempedulikan anak anaknya. Kadang Ia membuat kesan bahwa Dia menyakiti dan memukul saya. Dan saya marah,.. dan saya kesal dan saya mengkasari balik , dengan kata kata maupun dengan sikap hidup yang “menyentil dan menyakiti” hati Bapa. Kadang terlalu lama, saya baru menyadari bahwa tindakan Allah tadi agar saya tidak sakit atau terlalu sakit.
Tadi malam, ketika anak saya tidur, saya cium dia, seperti hari hari sebelumnya, tapi malam tadi saya bisikkan, “ Terimakasih Mas Raul, dan maafkan ayah ya.” Dia pasti tidak dengar, atau justru dia mendengarnya di alam mimpi, bahwa ayahnya sujud memohon maaf…
Anak anak adalah berkah yang luar biasa bukan?
( Mas Darwin, salam buat Ryan, dia sangat sayang sama Mas Darwin )
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment