Aku selalu pergi ke tempat kerja selalu memakai motor. Bukan karena aku malas pakai mobil. Bukan juga agar lebih lincah di saat macet. tapi karena memang aku baru punya motor. Belum punya mobil..
Suatu kali, aku mendapatkan musibah , yaitu kehabisan bensin ! Untungnya naik motor, ya motor bisa di dorong... sebetulnya tidak terlalu berat, hanya menjadi berasa lebih berat karena hari mulai senja dan gerimis sedang turun..
Saat ku dorong motor kesayanganku, sering secara sadar aku menengok ke belakang, berharap ada kenalan dan kawan yang melihat, dan dengannya aku akan minta bantuan untuk mendorong atau menarikku.. dan lebih sering tidak bertemu.. Ratusan motor lewat, dan mereka (mungkin pasti ) melihatku mendorong.. tapi siapa peduli ?
Semakin capek, semakin sering aku menengok ke belakang, dan semakin menguat harapannku untuk mendapat bantuan. Semakin aku tidak mendapatkan bantuan, semakin kecewa dan kesepian aku rasanya.
Itu barangkali pernah Anda alami..
Aku tidak ingin mengumpat dan meratapi kejadian tadi.. tapi aku memang lebih dapat merasakan sedih dan capeknya bila melihat orang yang mendorong ndorong motor , entah karena alasan apapun.
AKu sekarang mencoba untuk menepi dan menawarkan bantuan pada orang yang sedang mendorong motor karena macet. kalau bensin habis, busi mati, masih bisa ku dorong/tarik. Tapi kalau sudah ban kempes.. Aku nyerah... setidaknya berhenti dan sekedar menanyakan kepada dia yang sedang kempes bannya , sedikit memberi perhatian ke mereka. Persis seperti yang ku harapkan saat aku mendorong motorku ...
Hal yang lebih aneh terjadi, saat kita menolong orang yang bukan "siapa siapa".. ternyata itu sebuah ke Damai an baru...
Karena biasa, kalau kita menolong teman.
Biasa kalau kita menolong kenalan.
Biasa juga kalau kita menolong tetangga..
tapi menolong orang yang sama sekali tidak kita kenal ?
Memang beresiko,,,, tapi siapa tahu itu akan meringankan beban, walau dikit..
Saturday, February 17, 2007
Pinta Damai
Sering pertanyaan keluar dari orang orang, mengapa aku memberi nama Pinta Damai pada anakku. Pinta, sebuah permohonan, sebuah harapan akan sebuah ke -Damai- an dalam kehidupan. Aku berharap dalam segala hal, dalam segala keadaan, ke Damai an menjadi hal yang utama. Tidak peduli menjadi orang kaya, tidak peduli menjadi orang sukses, tidak peduli menjadi orang biasa biasa saja, yang penting semua di atas ke Damai an.
Ke Damai an, mengijinkan kita menikmati hidup sedalam dalamnya. Menikmati hidup sebagai mana hidup memang harus dinikmati, disyukuri.
Pernah membaca cerita percakapan seorang nelayan sederhana dan pengusaha kaya raya di pantai ?
Suatu ketika, seorang pengusaha kaya raya mengunjungi pantai di suatu pagi yang cerah. Saat dia sedang berjalan di pasir pasir halus pantai, dia mendapati seorang nelayan yang sedang rebahan di atas batu datar, sambil memandangi langit.
Lantas dihampirinya nelayan tadi, :
Pengusaha : Apa yang sedang kamu lakukan ?
Nelayan : Aku sedang rebahan...
Pengusaha : MEmangnya sudah selesai menangkap ikannya..
Nelayan : Itu, ikan dan kapalku di sana. ( sambil menunjuk sebuah perahu kecil penuh dengan ikan tak jauh dari situ )
Pengusaha : Oh, jadi sebentar lagi mau melaut lagi ya ?
Nelayan : Tidak.. sudah cukup kok.
Pengusaha : Lho, mestinya Bapak, bisa melaut lagi, menangkap ikan lagi, sehingga hasil tangkapannya bisa lebih . Banyak...
Nelayan : terus ?
Pengusaha : Kalau tangkapannya banyak, Bapak bisa menjual ke pasar dan mendapatkan uang yang lebih banyak.. Nah dengan uang yang lebih banyak itu, bapak bisa membeli apapun. Dengan begitu Bapak lebih bisa menikmati hidup..
Nelayan : Maaf, menurutmu, apa yang sedang kurasakan saat rebahan di batu hangat di pagi pantai ini ? Aku sedang menikmati hidup.. Perlukah itu semua yang kamu nasehatkan untukku tadi ? APakah sekarang kamu bisa menikmati hidup?
Lihat dan rasakan, birunya ombak, segar dan bersihnya angin pagi,. Hangat dan memesonanya sinar matahari.. Keakraban batu batu, dengan membagi hangat tubuhnya buatku...
Aku sedang menikmati hidup..
Ke Damai an, ternyata bisa mahal dan rumit, tapi bisa juga sangat murah dan sederhana. .
Ke Damai an, mengijinkan kita menikmati hidup sedalam dalamnya. Menikmati hidup sebagai mana hidup memang harus dinikmati, disyukuri.
Pernah membaca cerita percakapan seorang nelayan sederhana dan pengusaha kaya raya di pantai ?
Suatu ketika, seorang pengusaha kaya raya mengunjungi pantai di suatu pagi yang cerah. Saat dia sedang berjalan di pasir pasir halus pantai, dia mendapati seorang nelayan yang sedang rebahan di atas batu datar, sambil memandangi langit.
Lantas dihampirinya nelayan tadi, :
Pengusaha : Apa yang sedang kamu lakukan ?
Nelayan : Aku sedang rebahan...
Pengusaha : MEmangnya sudah selesai menangkap ikannya..
Nelayan : Itu, ikan dan kapalku di sana. ( sambil menunjuk sebuah perahu kecil penuh dengan ikan tak jauh dari situ )
Pengusaha : Oh, jadi sebentar lagi mau melaut lagi ya ?
Nelayan : Tidak.. sudah cukup kok.
Pengusaha : Lho, mestinya Bapak, bisa melaut lagi, menangkap ikan lagi, sehingga hasil tangkapannya bisa lebih . Banyak...
Nelayan : terus ?
Pengusaha : Kalau tangkapannya banyak, Bapak bisa menjual ke pasar dan mendapatkan uang yang lebih banyak.. Nah dengan uang yang lebih banyak itu, bapak bisa membeli apapun. Dengan begitu Bapak lebih bisa menikmati hidup..
Nelayan : Maaf, menurutmu, apa yang sedang kurasakan saat rebahan di batu hangat di pagi pantai ini ? Aku sedang menikmati hidup.. Perlukah itu semua yang kamu nasehatkan untukku tadi ? APakah sekarang kamu bisa menikmati hidup?
Lihat dan rasakan, birunya ombak, segar dan bersihnya angin pagi,. Hangat dan memesonanya sinar matahari.. Keakraban batu batu, dengan membagi hangat tubuhnya buatku...
Aku sedang menikmati hidup..
Ke Damai an, ternyata bisa mahal dan rumit, tapi bisa juga sangat murah dan sederhana. .
Subscribe to:
Posts (Atom)